Like

Senin, 01 Agustus 2011

Perjalanan Rasulullah SAW yang Pertama ke Syam & Usahanya Mencari Rezeki


Ketika berusia 12 tahun, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam diajak pamannya, Abu Thalib pergi ke Syam dalam suatu kafilah dagang. Pada waktu kafilah di Bashra, mereka melewati seorang pendeta bernama Bahira. Ia adalah seorang pendeta yang banyak mengetahui injil dan ahli tentang masalah-masalah kenasranian.

Kemudian Bahira melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam Lalu ia mulai mengamati Nabi dan mengajak berbicara. Kemudian Bahira menoleh kepada Abu Thalib dan menanyakan kepadanya, “Apa status anak ini di sisimu?” Abu Thalib menjawab, “Anakku (Abu Thalib memanggil Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan panggilan anak karena kecintaannya yang mendalam).” Bahira bertanya kepadanya, “Dia bukan anakmu. Tidak sepatutnya ayah anak ini masih hidup.”

Abu Thalib berkata, “Dia dalah anak saudaraku.” Bahira bertanya, “Apa yang telah dilakukan oleh Ayahnya?” Abu Thalib menjawab, “Dia meninggal ketika Ibu anak ini mengandungnya.” Bahira berkata, “Anda benar, bawalah dia pulang ke negerinya, dan jagalah dia dari orang-orang Yahudi. Jika mereka melihatnya di sini, pasti akan dijahatinya. Sesungguhnya anak saudaramu ini akan memegang perkara besar.” Kemudia Abu Thalib cepat-cepat membawa kembali ke Makkah.
Memasuki masa remaja, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mulai berusaha mencari rezeki dengan mengembalakan kambing. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertutur tentang dirinya. “Aku dulu mengembalakan kambing penduduk Makkah dengan upah beberapa qirath.” Selama masa mudanya Allah telah memeliharanya dari penyimpangan yang biasanya, dilakukan oleh para pemuda seusianya, seperti berhura-hura dan permainan nista lainnya. Bertutur Rasulullah tentang dirinya :

“Aku tidak pernah menginginkan sesuatu yang biasa mereka lakukan di masa jahiliyah kecuali dua kali. Itu pun kemudian dicegah oleh Allah. Setelah itu aku tidak pernah menginginkannya sampai Allah memuliakan aku dengan risalah. Aku pernah berkata kepada seorang teman yang menggembala bersamaku di Makkah, “Tolong awasi kambingku, karena aku akan memasuki kota Makkah untuk begadang sebagaimana para pemuda.” Kawan tersebut menjawab, “Lakukanlah.” Lalu aku keluar.

Ketika aku sampai pada rumah pertama di Makkah, aku mendengar nyanyian, lalu aku berkata, “Apa ini?” Mereka berkata, “Pesta.” Lalu aku duduk mendengarkannya. Tetapi kemudian Allah menutup telingaku, lalu aku tertidur dan tidak dibangunkan kecuali oleh panas matahari. Kemudian aku kembali kepada temanku, lalu ia bertanya kepadaku, dan aku pun mengabarkannya. Kemudian pada malam yang lain aku katakan kepadanya sebagaimana malam pertama. Maka aku pun masuk ke Makkah, lalu mengalami kejadian sebagaimana malam terdahulu. Setelah itu aku tidak pernah lagi menginginkan keburukan.”

Hadist Bahira tentang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yakni hadist yang diriwayatkan oleh Jumhur Ulama’ Sirah dan para perawinya, dan dikeluarkan oleh Tirmidzi secara panjang lebar dari hadist Abu Musa al-Asy’ari, menunjukkan bahwa para ahli kitab dari Yahudi dan Nasrani memiliki pengetahuan tentang bi’tsah Nabi dengan mengetahui tanda-tandanya. Ini mereka ketahui dari berita kenabiannya dan penjelasan tentang tanda-tanda dan sifat-sifatnya yang terdapat di dalam Taurat dan Injil. Dalil tentang hal ini banyak sekali.

Di antaranya adalah apa yang diriwayatkan oleh para Ulama Sirah, bahwa orang-orang Yahudi biasa memohon kedatangan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam (sebelum bi’tsah) untuk mendapatkan kemenangan atas kaum Aus dan Khazraj, dengan mengatakan “Sesungguhnya sebentar lagi akan dibangkitkan seorang Nabi yang kami akan mengikutinya. Lalu kami bersamanya akan membunuh kalian sebagaimana pembunuhan yang pernah dialami kaum ‘Aad dan Iram.” Ketika orang-orang Yahudi mengingkari janjinya, Allah menurunkan firmanNya : “Dan setelah datang kepada mereka Al-Qur’an dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapatkan kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah atas orang-orang yang ingkar itu.” (Al-Baqarah : 89).

Al Qurtubi dan lainnya meriwayatkan, bahwa ketika turun firman Allah : “Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami berikan Al-Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mengenal anak-anak sendiri. Dan sesungguhnya sebagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.” (Al-Baqarah : 146).
 
Umar bin Khaththab bertanya kepada Abdullah bin Salam (seorang ahli kitab yang telah masuk Islam) : “Apakah kamu mengetahui Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana kamu mengetahui anakmu?” Ia menjawab, “Ya, bahkan lebih banyak. Allah mengutus (Malaikat) kepercayaan- Nya di bumi dengan sifat-sifatnya, lalu saya mengetahuinya. Adapun anak saya, maka saya tidak mengetahui apa yang telah terjadi dari ibunya.”
Bahkan keislaman Salman al-Farisi juga disebabkan ia telah melacak berita Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sifat-sifatnya dari Injil, para pendeta dan ulama al-Kitab. Ini tidak dapat dinafikan oleh banyaknya para ahli Kitab yang mengingkari adanya pemberitaan tersebut, atau oleh tidak adanya isyarat penyebutan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam Injil yang beredar sekarang. Sebab, terjadinya pemalsuan dan perubahan secara beruntun pada kitab-kitab tersebut telah diketahui dan diakui oleh semua pihak.

Maha Benar Allah yang berfirman di dalam kitab-Nya :
“Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui al-Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka, dan mereka hanya menduga-duga. Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al-Kitab dengan mereka sendiri, lalu dikatakannya “ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka karena apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka karena apa yang mereka kerjakan.” (Al-Baqarah : 78-79).

Tangisan Sang Nabi

Tangisan Sang Nabi

Setiap pohon yang tidak berbuah, seperti pohon pinus dan pohon cemara, tumbuh tinggi dan lurus, mengangkat kepalanya ke atas, dan semua cabangnya mengarah ke atas. Sedangkan semua pohonnya yang berbuah menundukkan kepala mereka, dan cabang-cabang mereka mengembang ke samping.

Rasulullah adalah orang yang paling rendah hati, meskipun dia memiliki segala kebajikan dan keutamaan orang-orang dahulu kala dan orang-orang sekarang, dia seperti sebuah pohon yang berbuah. Menurut sebuah riwayat, beliau bersabda, Aku diperintahkan untuk menunjukkan perhatian kepada semua manusia, untuk bersikap baik hati kepada mereka. Tidak ada Nabi yang sedemikian diperlakukan dengan sewenang-wenang oleh manusia selain aku.
Kita tahu bahwa beliau dilukai kepalanya, ditanggalkan giginya, lututnya berdarah karena lemparan batu, tubuhnya dilumuri kotoran, rumahnya dilempari kotoran ternak. Beliau di hina, dan di siksa dengan keji.

Saat beliau berdakwah di Thaif, tak ada yang didapatkannya kecuali hinaan dan pengusiran yang keji. Ketika Rasulullah menyadari usaha dakwahnya itu tidak berhasil, beliau memutuskan untuk meninggalkan Thaif. Tetapi penduduk Thaif tidak membiarkan beliau keluar dengan aman, mereka terus mengganggunya dengan melempari batu dan kata-kata penuh ejekan. Lemparan batu yang mengenai Nabi demikian hebat, sehingga tubuh beliau berlumuran darah.

Dalam perjalanan pulang, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjumpai suatu tempat yang dirasa aman dari gangguan orang-orang jahat tersebut. Di sana beliau berdoa begitu mengharukan dan menyayat hati. Demikian sedihnya doa yang dipanjatkan Nabi, sehingga Allah mengutus malaikat Jibril untuk menemuinya. Setibanya di hadapan Nabi, Jibril memberi salam seraya berkata, â€oeAllah mengetahui apa yang telah terjadi padamu dan orang-orang ini. Allah telah memerintahkan malaikat di gunung-gunung untuk menaati perintahmu.Sambil berkata demikian, Jibril memperlihatkan para malaikat itu kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kata malaikat itu, Wahai Rasulullah, kami siap untuk menjalankan perintah tuan. Jika tuan mau, kami sanggup menjadikan gunung di sekitar kota itu berbenturan, sehingga penduduk yang ada di kedua belah gunung ini akan mati tertindih. Atau apa saja hukuman yang engkau inginkan, kami siap melaksanakannya.

Mendengar tawaran malaikat itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. dengan sifat kasih sayangnya berkata,Walaupun mereka menolak ajaran Islam, saya berharap dengan kehendak Allah, keturunan mereka pada suatu saat nanti akan menyembah Allah dan beribadah kepada-Nya.

Ketika Makkah berhasil ditaklukkan, beliau berkata kepada orang-orang yang pernah menyiksanya,Bagaimanakah menurut kalian, apakah yang akan kulakukan terhadapmu? Mereka menangis dan berkata, Engkau adalah saudara yang mulia, putra saudara yang mulia. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. bersabda, Pergilah kalian! Kalian adalah orang-orang yang dibebaskan. Semoga Allah mengampuni kalian. (HR. Thabari, Baihaqi, Ibnu Hibban, dan Syafi’i).

Abu Sufyan bin Harits, sepupu beliau, lari dengan membawa semua anak-anaknya karena pernah menyakiti Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Ali bin Abi Thalib Radhiallahu anhu bertanya kepadanya,Hai Abu Sufyan, hendak pergi kemanakah kamu?
Ia menjawab, Aku akan keluar ke padang sahara. Biarlah aku dan anak-anakku mati karena lapar, haus, dan tidak berpakaian. Ali bertanya, Mengapa kamu lakukan itu? Ia menjawab, Jika Muhammad menangkapku, niscaya dia akan mencincangku dengan pedang menjadi potongan-potongan kecil.

Ali berkata, Kembalilah kamu kepadanya dan ucapkan salam kepadanya dengan mengakui kenabiannya dan katakanlah kepadanya sebagaimana yang pernah dikatakan oleh saudara-saudara Yusuf kepada Yusuf, ¦.Demi Allah, Sesungguhnya Allah telah melebihkan kamu atas kami dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa). (QS. Yusuf [12]: 91).

Abu Sufyan pun kembali kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berdiri di dekat kepalanya, lalu mengucapkan salam kepada beliau seraya berkata, Wahai Rasulullah,
…Demi Allah, sesungguhnya Allah telah melebihkan engkau atas kami dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa). (QS. Yusuf [12]: 91).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menengadahkan pandangannya, sedang air matanya membasahi pipinya yang indah hingga membasahi jenggotnya. Rasulullah menjawab dengan menyitir firman-Nya, ¦Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kamu. Mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu) dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang. (QS. Yusuf [12]: 92).
Imam Bukhari meriwayatkan hadits dari Abdullah bin Mas’ud bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya, Bacakan al-Quran kepadaku. Ibnu Mas’ud berkata, Bagaimana aku membacakannya kepada Engkau, sementara al-Quran itu sendiri diturunkan kepada Engkau?
Aku ingin mendengarnya dari orang lain,jawab beliau. Lalu Ibnu Mas’ud membaca surat an-Nisa hingga firman-Nya,
Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti) apabila Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu). (QS. an-Nisaa [4]: 41).

Begitu bacaan tiba pada ayat ini, beliau bersabda, Cukup.
Ibnu Mas’ud melihat ke arah beliau, dan terlihatlah olehnya bahwa beliau sedang menangis.

Dalam kisah ini kita memperoleh pelajaran berharga, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat mencintai umat manusia. Beliau sangat mengharapkan agar orang-orang kafir itu beriman. Karena balasan kekafiran adalah neraka yang menyala-nyala. Rasulullah sendiri pernah melihat neraka. Dia melihat sungguh mengerikan neraka itu. Hingga ketika menyadari hal itu, mengalirlah airmatanya dengan deras.

Abu Dzar Radhiallahu anhu meriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau mendirikan shalat malam, sambil menangis dengan membaca satu ayat yang diulang-ulangi, yaitu, Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau juga. (QS. al-Maidah [5]: 118).

Dan diriwayatkan saat hari kiamat tiba, beliaulah orang yang pertama kali dibangkitkan. Yang diucapkannya pertama kali adalah, Mana umatku? Mana umatku? Mana umatku? Beliau ingin masuk surga bersama-sama umatnya. Beliau kucurkan syafaat kepada umatnya sebagai tanda kecintaan beliau terhadap mereka. Beliau juga sering berdoa, Allahumma salimna ummati. Ya Allah selamatkan umatku.
Keadaan diri Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam digambarkan Allah Subhanahu wata’ala. dalam firman-Nya, Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS. at-Taubah [9]: 129).

Alangkah buruknya akhlak kita bila tak mencintai Nabi, sebagaimana Nabi mencintai kita, berkorban untuk kita, dan meneteskan airmatanya untuk kita.
 
Di sini, apakah kita hanya berdiam diri saat Nabi dihina, seolah kita bukan lagi umatnya. Apakah kita rela Nabi berdakwah seorang diri dan kemudian dilempari batu hingga berdarah-darah, sementara umatnya yang begitu banyak hanya bisa berdiam diri?
Tangisan sang Nabi hendaknya menjadi pengingat kita, untuk lebih mencintainya, membelanya, bahkan berkorban nyawa untuknya, sebagaimana ia telah berkorban nyawa untuk kita agar kita selamat dari siksa neraka.

Ya Allah, berilah kami karunia untuk mecintai Nabi-Mu dan menapaki jalannya yang lurus, bukan sebagai orang yang sesat lagi menyesatkan. Ya Allah, curahkan shalawat untuk Muhammad selama siang masih berganti malam,
 
Ya Allah, curahkanlah shalawat untuk Muhammad selama ahli dzikir dan para shalihin melantunkan dzikirnya, Ya Allah, kumpulkanlah kami dengan Nabi kami Muhammad di Surga Firdaus yang tinggi dan sejukkanlah pandangan dan
mata hati kami dengan melihatnya dan berilah kami kesempatan untuk minum dari telaganya, hingga kami tidak akan haus dan dahaga selamanya. Shalawat dan salam semoga tercurah atas Nabi kita Muhammad , atas segenap keluarga dan sahabat beliau.

Amalan Terbaik di bulan Ramadhan


apakah amalan terbaik dibulan ramadhan? dan kapan harus dilakukan? konon kabarnya bulan puasa ini adalah bulan suci yang penuh dengan rahmat, hidayah dan ampunan. pertanyaan pertanyaan seperti ini mungkin banyak mampir dalam pikiran kita. menimbulkan banyak tanda tanya dalam benak kita. amalan apakah yang terbaik itu ?




tentu saja amalan utama dalam bulan ramadhan adalah puasa ramadhan, barang siapa tidak berpuasa, maka mereka akan kehilangan rahmat, hidayah dan ampunan dari allah swt, kecuali mereka yang memang berhalangan. bagaimana doanya minta di kobul, puasa aja kagak.

berikutnya adalah melaksanakan sholat sunnah dimalam hari selain sholat wajib 5 waktu pada bulan bulan ramadhan, kegiatan ibadah sholat malam ini biasa disebut sholat tarawih, waktu biasa dilakukan setelah melaksanakan sholat isya. dan memang kegiatan ibadah ini sudah menjadi tradisi di bulan ramadhan bagi umat islam dan telah dilakukan di masjid masjid sekitar kita. mengenai jumlah rokaat untuk sholat tarawih gak perlu diributkan, asalkan sesuai dengan mahzab yang dianut.

Dzikir dibulan ramadhan adalah amalan utama lainnya, dzikir terbaik adalah membaca kalimat tahlil ; LAA ILAHA ILLA ALLAH. bisa dilakukan setiap saat, baik abis sholat, di waktu senggang atau ketika bekerja. selain itu dzikir dengan menyebut asma allah atau sebagian dari asmaul husna 99 juga merupakan amalan utama di bulan ramadhan.

yang gak boleh ketinggalan adalah berinfak atau memberikan sodakoh pada para fakir miskin, masjid atau orang yang lagi kesusahan. gak usah diitung itung berapa  pahala yang dijanjikan allah, tetapi allah telah menetapkan bahwa setiap perbuatan baik kita dibulan ramadhan di mata allah akan mendapatkan balasan  yang setimpal pula. tanpa mengurangan rasa keikhlasan kita dalam beramal sholeh.
yang terakhir adalah memberikan makanan untuk berbuka puasa kepada orang yang sedang berpuasa. Allah menjanjikan pahala bagi orang yang membagikan makan pada orang yang sedang berpuasa ramadhan sebesar amal ibadah yang dilakukan orang yang berpuasa tersebut. sungguh istimewa sekali.

untuk itu kita sebagai muslim yang taat beribadah, jangan sampai kita terputus dari rahmat, hidayah dan ampunan yang telah dijanjinkan allah pada bulan suci ramadhan ini. berlombalah untuk mengejarnya, semua usaha ini untuk mencari ridlo allah semata, untuk mendekatkan diri kepadaNya, dan untuk mendapatkan perlindungan dariNya dari siksa neraka.

Kapan ya Doaku dikabulkan?

Rasulullah SAW bersabda : Seseorang akan dikabulkan doanya asalkan ia tidak tergesa gesa dan tidak mengatakan : aku telah berdoa namun tidak pernah dikabulkan (HR Bukhari (630) dan Muslim (2735))

Maka kita janganlah tergesa gesa dalam memohonkan doa, supaya doa kita cepat terkabul. Dan janganlah juga kita bosan dalam bermunajat dan memohonkan doa, kita berdoa kepada allah, memohon pada Allah untuk membantu kita, untuk mengabulkan permintaan kita melewati ujian ujian dari Allah. Tentu Allah sudah memiliki perhitungan tersendiri terhadap semua doa kita, kapan doa kita akan dikabulkan. Allah telah berjanji pasti akan mengabulkan doa-doa kita, ada yang terkabul dengan cepat, ada kalanya doa kita baru terpenuhi setelah kita melewati semua ujian yang diberikan oleh Allah, bahkan ada yang doanya baru terkabul setelah kita di akhirat. terkabulnya doa yang terakhir inilah yang lebih baik, karena kita meminta dijauhkan dari api neraka, memohon ditempatkan di surgaNya.Tempat yang dijanjikan Allah bagi orang-orang yang bertaqwa padaNya. 




Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka (qs 2:201)

Itulah kenapa kita kadang diberikan cobaan yang tiada hentinya oleh Allah, diberi kemiskinan, diberi kesusahan, masalah masalah baru selalu datang menghadang didepan kita. yaitu supaya kita selalu ingat pada Allah, selalu beribadah untuk mendapatkan ridlo Allah. Selalu memohon untuk mendapatkan lindungan dari Allah. semakin banyak cobaan dan ujian diberikan pada kita, itu pertanda Allah memperhatikan kita, Allah sayang pada kita. Itulah cara Allah mengingatkan kita, menunjukkan kekuasaannya pada kita. Ujian dan cobaan dari Allah tidak selalu diberikan dalam bentuk kesulitan dan kekurangan. Kadang kita justru diuji dengan kebaikan, kelebihan, diberikan beragam kesenangan. Diberikan semua yang kita inginkan. ini justru merupakan ujian yang terberat. Kita kadang lebih banyak lupanya dari pada ingat pada Allah, lupa beribadah, lupa dengan Dzat yang telah memberikan semua nikmat dan kelebihan tersebut. Lupa berterima kasih pada Allah, lupa bersyukur pada Allah sehingga kita dijadikan orang yang selalu takabur. Kita dibiarkan saja dalam kesesatan, kemaksiatan. sampai batas tertentu dan akhirnya Allah akan mencabut semua pemberiaannya dalam sekejap. Entah Allah akan mencabut harta benda yang kita cintai atau keluarga tercinta kita, atau anak cucu kita. tentu akan sakit sekali rasanya…..

“Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (qs 3:26)

Tidak ada doa mereka selain ucapan: “Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (qs 3:147)

Sekedar mengingatkan:

Kenapa kita berdoa ingin rejeki, kaya, anak, jabatan tinggi tak kunjung diberikan oleh Allah, tak kunjung dikabulkan oleh Allah?

1. Karena Allah Maha mengetahui,yang terbaik buat kita. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi bila kita mendapatkan semua yang kita minta. Tentunya Allah Maha mengetahui ketika kita kaya kita akan lupa untuk beribadah, pada waktu kita miskin kita gunakan akal sehat kita, tetapi setelah kita kaya, ternyata kita sibuk sendiri dengan urusan kita, urusan uang, makan dan menghitung hitung terus uang kita, hidup tidak tenang, takut kecurian dan Allah dinomerduakan.

2. Mungkin setelah kita dikaruniai anak, ternyata anak tersebut sering sakit sakitan, atau anak kita diambil oleh Allah karena anak tersebut setelah besar menjadi anak durhaka, atau bahkan kita dianggap tidak sanggup mendidik anak, sehingga anak tersebut menjadi terlantar tentu Allah akan murka.

3. Allah tahu persis bila kita diberi jabatan tinggi ternyata kita justru menyalahgunakan jabatan kita, takut kehilangan jabatan kita, takut tidak bisa menempati posisi itu lagi. Kita menjadi salah langkah, bukannya bersyukur pada allah malah meninggalkannya dan mencari Tuhan selain Allah. SWT.

Oleh sebab itu yakinlah bahwa segala sesuatu yang kita terima adalah yang terbaik untuk kita menurutNya. Mungkin doa yang kita mohonkan belum terkabul akan tetapi boleh jadi Allah menggantinya dengan kebaikan yang lain. God know what we need not what we want..

Sepuluh hari terakhir Ramadhan manusia terbagi 2

sepuluh hari terakhir bulan ramadhan ini umat manusia terbagi menjadi dua kelompok.
kelompok pertama :
adalah mereka yang benar benar mengharapkan bulan suci ramadhan, mereka yang benar benar beribadah dibulan ramadhan, berpuasa, bersedekah, sholat tarawih, dan tadarus dari awal sampai akhir bulan ramadhan tidak surut. dari shaf shaf sholat tarawih berjamaah dimasjid masjid hanya mereka yang tersisa. yang lainnya mulai tumbang, satu persatu, perlahan lahan tapi pasti shaf shaf yang diawal bulan ramadhan penuh sesak, mulai mengalami kemajuan. barisan shafnya mulai maju, mendekati imam. mungkin tersisa 3 atau 4 baris saja. mereka inilah yang pantas disebut pemenang. mereka yang dapat menguasai jiwa dan raganya untuk menjalankan ibadah puasa satu bulan penuh. mereka yang menantikan malam seribu bulan, mereka yang mengharapkan ridlo allah.swt.



kelompok kedua :
adalah mereka yang mulai sibuk dengan urusan mudik, mencari tiket pulang pergi, menyiapkan mobil, mencari mobil sewaan, atau mengurus mobil baru, mereka yang mulai sibuk dengan urusan kue lebaran, mereka yang sibuk dengan baju baru untuk lebaran, urusan dunianya. bahkan mereka mulai sibuk untuk memikirkan THR mo dikemanakan. subhanallah….puasa sih puasa tapi pikiran sudah tidak fokus lagi untuk beribadah. puasa hanya sekedar menahan lapar dan haus, puasa hanya untuk menyelesaikan tugas bahwa saya puasa. mereka inilah kelompok mereka yang latah, puasanya ikut ikutan, sholat tarawihnya ikut ikutan, begitu yang lainnya, menyiapkan kue lebaran ikut ikutan juga beli kue, begitu melihat tetangga memakai baju baru, langsung meluncur ke mall, padahal malam itu adalah waktunya sholat tarawih, siapa tau malam itu adalah malam turunnya malam seribu bulan…..wallahualam bishawab